Di Balik Keikut-sertaan Gamawan Ujian DAN Karate
Catatan : N. Nofi Sastera*
Keikut-sertaan Gamawan Fauzi – yang notabene Gubernur Sumatera Barat – ikut ujian kenaikan tingkat dari sabuk coklat ke sabuk hitam pada perguruan karate Inkanas (Institut Karate Nasional) sudah pasti menimbulkan berbagai asumsi. Secara seloroh, keikut-sertaannya menyiratkan bahwa Gubernur kita ini bukanlah orang lemah atau orang yang bisa ‘diago’ begitu saja. Terbukti, dengan sabuk hitam yang sekarang dimilikinya, itu berarti bahwa Gamawan adalah seorang karateka yang berisi karena sudah menjadi anggota majelis sabuk hitam, kelompok orang-orang yang sudah layak menjadi senpay (pelatih) di dunia karate.
Catat pula, bahwa sabuk hitam atau DAN I yang diperoleh Gamawan bukanlah merupakan gelar honoris causa seperti yang diistilahkan Drs. Djafar E Djantang, karateka DAN VI anggota Dewan Guru PB. Inkanas. “Tapi beliau mendapatkannya betul-betul dengan perjuangan sebagaimana layaknya karate lain mendapatkan. Jujur saja saya salut dengan Beliau. Sebagai anggota Dewan Guru di PB. Inkanas saya juga bangga karena inilah untuk pertama kalinya saya menguji murid istimewa berjabatan Gubernur. Dan ini jelas sejarah,” ujar Djafar.
Soal keabsahan (bukan honoris causa) gelar DAN I yang sekarang dimiliki Gamawan Fauzi menurut H. Hadismar M. Noer, karateka DAN V yang juga pendiri dan anggota Dewan Guru PB. Inkanas adalah murni. “Meski sudah 25 tahun tidak berlatih rutin, tapi saya salut dengan speed dan power serta kemantapan gerakan Pak Gamawan. Tendangannya juga oke dan cepat. Sebagai urang rantau saya jelas bangga karena Gubernur di kampung saya adalah orang hebat dan memiliki semangat bushido yang tangguh. Masyarakat Sumatera Barat sendiri harusnya ikut bangga dengan ini,” ujar putra Batu Manjulua Padang Sibusuk Sawahlunto yang kini berdomisili di kota Medan.
Soal kelayakan Gamawan memakai sabuk DAN I ini juga dipertegas Ketua Dewan Guru PB. Inkanas Ir. Sempei Garang M.Eng yang langsung memimpin ujian kenaikan tingkat Gamawan Jumat malam lalu di Gubernuran. “Meski di kata (peragaan jurus) memang ada kekurangan, tapi itu wajar karena Beliau sudah 25 tahun tidak rutin berkarate. Namun pada kumite (pertarungan) serta speed dan power jujur saya kami para penguji harus salut dengan Beliau. Bahkan dibanding anggota Dewan Guru yang jadi pendamping Beliau saat ujian, speed dan power Pak Gamawan jauh lebih baik. Rasanya tak ada alasan bagi kami untuk tidak meluluskannya. Catat, ini bukan karena Beliau Gubernur. Tapi memang karena Beliau memang pantas untuk menjadi pemegang DAN I tersebut,” tegas Sempei Garang, sesaat setelah Gamawan selesai ujian.
Motivasi Ketua KONI
Kembali ke asumsi orang terhadap keikut-sertaan Gamawan mengikuti ujian DAN tersebut. Selain seloroh sebagaimana disebut di atas, berbagai komentar lain tentu juga muncul. Beragam, pasti. Bangga, senang atau sinis dan marah, bukan tak mungkin muncul di antara asumsi-asumsi di atas. Tapi, sebenarnya apakah yang menjadi latar belakang seorang Gamawan mengikuti ujian kenaikan tingkar di olahraga beladiri karate ini?
Ternyata bukan karena ingin gagah-gagahan atau ingin pamer bahwa Gubernur Sumbar seorang karateka DAN I. “Sebagai Ketua KONI Sumbar, saya hanya ingin memberi motivasi kepada semua atlit daerah ini bahwa jika saya yang sudah limapuluh tahun ini masih punya semangat untuk berprestasi, kenapa mereka yang sekarang dalam usia emas tidak. Tegasnya, saya ingin agar para atlit Sumatera Barat juga punya semangat bushido seperti saya ini sehingga bisa berprestasi baik di PON nanti,” ujar Gamawan.
Bukan main. Sebagai orang yang bertanya langsung kepadanya Jumat malam di Gubernuran itu, saya jelas sangat terkesan dengan jawaban Gamawan. Jawaban di atas sepertinya membuka mata kita semua untuk jangan terlalu cepat berprasangka. Sebab, sebagaimana disebut di atas, bahwa berbagai asumsi dan komentar boleh saja muncul. Tapi ketika Gamawan telah memberi jawaban, harusnya sisi inilah yang pantas diperhatikan. Ya, niat dan tekad tulus dari Ketua KONI Sumbar untuk memberi motivasi kepada para atlit di daerahnya.
Ini menurut saya juga sudah merupakan isyarat kepada pengurus KONI dan semua Pengda organisasi olahraga di daerah ini untuk menjadikan semangat bushido sebagai salah satu bentuk kampanye Sumbar menghadapi PON mendatang. Bahwa di balik semua keterbatasan dan kekurangan yang kita miliki, tapi jika kita mau, jika kita punya semangat membara, tak ada yang tak bisa. Termasuk jika di PON nanti Sumbar ingin memperbaiki peringkat. Tak ada yang tak bisa untuk itu. Karena semua tak hanya bisa dilihat dari sisi kurangnya, tapi lihatlah dari sisi motivasi kita untuk menjadi yang terbaik. Ya, kalau kita mau, tak ada yang tak bisa. Bukan begitu Pak Gamawan? (Penulis adalah wartawan dan pengamat olahraga)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar